Home
/
Headline
/
Highlight
/
Diprotes, Pangdam Cenderawasih Dibela Kepala Suku Pegunungan Tengah Papua
September 28, 2018
Diprotes, Pangdam Cenderawasih Dibela Kepala Suku Pegunungan Tengah Papua
Jayapura, IDM News - Bertempat di Wilayah Pegunungan Jayawijaya Papua, Pangdam XVII/Cenderawasi Mayor Jenderal TNI George Elnadus Supit mendapat kehormatan sebagai Kepala Suku Besar Pegunungan Tengah Papua yang dinobatkan oleh 40 orang Kepala Suku dari Wilayah Pegunungan Tengah Papua, Rabu (26/9/2018).
Penobatan tersebut diberikan oleh kepala suku pegunungan tengah Alex Dova kepada Pangdam dengan harapan kelak Pangdam tetap menjadi bagian keluarga mereka dimanapun berada serta peduli dengan nasib mereka.
Tidak hanya itu, suku-suku di pegunungan tengah juga memberikan lahan mereka seluas 90 hektar kepada TNI agar dapat dikelolah dengan baik dan minta Pangdam mendirikan markas militer ditempat tersebut.
Disoal adanya protes dari sejumlah orang yang menganggap kepala suku pegunungan tengah Papua telah menjual adat kesukuannya, Alex Doga menyebut yang protes adalah orang-orang yang tidak paham sejarah.
"Ah yang bicara miring itu bukan kepala suku dan tidak ngerti sejarah adat di Papua" kata Alex.
Menurutnya, penobatan kepala suku besar kepada Pangdam Cenderawasih merupakan sebuah bentuk simbol persaudaraan antara TNI dan rakyat Papua. Penobatan tersebut bukan yang pertama, sebelumnya Presiden RI Soekarno juga pernah mendapat penobatan serupa.
Alex Doga juga menjelaskan pada masa perjuangan Penentuan Pendapat Rakyat ( Pepera ) tahun 1969, daerah pegunungan tengah Papua merupakan yang pertama menyatakan kesetiaannya kepada NKRI.
"Waktu itu para kepala suku pegunungan termasuk saya, Kurulu Mabel, Ukhumiarek Asso dan lain-lain mendirikan Markas Pepera di Wamena yang sekarang menjadi gedung RRI Wamena. Mereka berikrar dan menyatakan bahwa wilayah pegunungan tengah adalah bagian dari NKRI." kisah Alex Doga.
Saat itu Silo Doga kepala suku pegunungan tengah diundang Soekarno datang ke Jakarta untuk berikrar kesetiaan kepada NKRI. Silo Doga juga ingin Soekarno menjadi bagian dari keluarga besar serta saudara dimana ikrar dilakukan dengan darah masing-masing yang disatukan. Dan sebagai wujud persaudaraan yang kuat, Silo Doga menambahkan nama Karno ditengah namanya menjadi Silo Karno Doga.
"Jadi anak-anak adat Papua tidak boleh durhaka pada leluhur, kami anak-anak pejuang tetap berjuang untuk NKRI. Dulu di Wilayah Pegunungan tidak ada pemberontak, tidak ada angkat senjata. Itu baru-baru saja ada masuk pengaruh-pengaruh dari luar." Kata Silo Doga membeberkan kisahnya.
Senada dengan Alex Doga, Habo Kologo salah satu kepala suku di pegunungan tengah yang juga mantan pimpinan TPN/OPM mengatakan, dirinya kembali turun gunung dan kembali ke NKRI karena sudah bosan dibohongi oleh kelompok yang memberontak mengatasnamakan Papua.
"Saya berjuang pernah lari sampai ke PNG. Tapi saya dapat apa? Itu omong kosong semua. Saya pikir di kampung Saya punya tanah ulayat luas, lebih baik Saya pulang bertani. Sekarang Saya punya kebun jeruk luas, ada tanam nanas, hipere dan macam-macam." Tutur Habo.
"Jadi kalian yang masih di hutan lebih baik segera turun dan bertani, itu senjata hanya membawa mati, orang lain mati kamu juga nanti mati karena senjata itu. Lebih baik ganti sekop dan linggis, itu membawa kehidupan. Galih tanah, tanam tanaman rejeki dari Tuhan akan tumbuh dari situ." tambah Mabo menuturkan.
Habo juga mengatakan jika pihaknya kerap dibantu personel Kodim dengan dibuatkan tempat peribadatan seperti Gereja.
***
Editor : Setiawan
Sumber : IDM News
Editor : Setiawan
Sumber : IDM News
Baca juga:
Advertisement
loading...
Post a Comment